bqiqdHcLSyDe1e7rIy6MJVhY5drRA6OxKKstSzTb
Bookmark

Anak Rantau bisa Punya kedai Kopi - Kongkow Join Coffee

Kongkow Join Coffee

Setelah sebelumnya sempat kehabisan ide untuk menulis di blog saya ini, akhirnya saya mulai menemukan beberapa ide menulis di blog yang sudah berusia 10 tahun ini. Usianya aja 10 tahun tapi kontennya masih 2 bulan. Hmm 
Jadi, setelah mendengarkan Podcast Blogger dari seorang N. Firmansyah di Spotify, saya jadi ada gambaran bahwa kedepannya saya harus menulis tentang apa. Dan ini dia ide nya.

Sudah beberapa tahun belakangan ini kedai kopi sudah menjadi trending bisnis di berbagai daerah, khususnya Jabodetabek. Hampir di setiap sudut jalan raya terdapat kedai kopi. Hal ini tidak luput juga bahwa Indonesia adalah salah satu negara penghasil kopi terbanyak dan terbaik di dunia. Mungkin itu yang menjadi alasan para pebisnis muda negeri ini untuk bahu-membahu agar bisa memasarkan kopi asli Indonesia dengan cara membangun kedai-kedai kopi, tentunya dengan cara uniknya masing-masing. Mereka ingin rakyat Indonesia bisa mencicipi kopi terbaik negeri ini. Jadi tidak terus-menerus masyarakat mengonsumsi kopi sachet yang banyak dijual di warung-warung. Bukannya harus setiap saat kita harus mengonsumsi kopi sachet ya, tapi apa salahnya jika kita mencoba kopi hasil bumi ibu Pertiwi ini. Kopi sachet memang harganya lebih murah dibandingkan kopi yang banyak dijual di kedai kopi. Hal itu juga yang mungkin menjadikan masyarakat lebih banyak memilih kopi sachet daripada kopi asli. Ya, jelas beda jauh pastinya, karena sebuah biji kopi harus melewati beberapa tahapan panjang dulu sebelum bisa benar-benar disajikan sang Barista. Tapi yang menjadi pertanyaan, apakah kopi sachet itu benar-benar kopi? Di sini, saya tidak akan membahas detail tentang kopi. Tidak masalah juga jika kamu masih tetap mengonsumsi kopi sachet. Gak ada masalah bagi saya karena itu hak kalian masing-masing. 

Di sini saya akan menuliskan tentang keberanian seorang teman yang sama-sama berasal dari kampung, bahkan bisa dibilang lebih kampung lagi dari tempat tinggal saya di Cianjur selatan. Oh iya, Berani di sini adalah berani dalam dunia bisnis ya. 

Supiyandi Hidayatullah, atau sering dipanggil Uve. Seorang anak muda asli Cianjur yang sudah sekitar 8 tahun merantau di Bekasi. Dia saat ini bekerja di salah satu perusahaan Farmasi di Cikarang. Uve ini adalah teman saya, kenal sekitar 10 tahun yang lalu. Kami kenal di suatu Pondok Pesantren di daerah Cibinong, Cianjur. Bisa di bilang dia adalah kakak kelas saya di Pondok. Akhir 2019 kemarin adalah pertemuan saya pertama kalinya lagi setelah 8 tahun belum pernah bertemu lagi dengannya. Tepatnya setelah lulus sekolah kita belum pernah bertemu kembali. Waktu itu saya bertemu di salah satu kedai kopi di daerah Cikarang. 

Waktu 8 tahun merantau di tempat orang bukanlah waktu yang singkat. Mungkin sudah banyak suka dan duka yang Pernah dia rasakan selama hidup di dunia perantauan. Bahkan kemarin dia sempat bercerita banyak tentang perjalanannya di dunia perantauan ini. Cerita tentang pengalaman berganti-ganti pekerjaan, kisah kasih kehidupan, dan bisnis. Mendengar kata bisnis ini, saya semakin tertarik untuk mendengarkan ceritanya ini. 

Selama di Bekasi ternyata dia sudah menjalankan beberapa bisnis di sela-sela kesibukan pekerjaannya. Pertama dia sudah pernah membuka bisnis Serabi pada tahun 2013-2014. Setelah itu dia membuka sebuah warkop. Namanya adalah Warkop Ban. Nama yang unik juga menurut saya. Dibuka pada tahun 2014. Pernah saya melihat portofolio si Warkop Ban ini melalui situs media Sosial Facebook yang dia bagikan waktu itu. Memang unik sih, mulai dari meja dan bangku terbuat dari ban mobil. Pasti waktu itu tempat ini menjadi tempat yang Instagramable. Sangat disayangkan sekali Warkop Ban ini harus tutup permanen pada tahun 2015. Kata dia sih alasannya karena ingin fokus kerja. Cukup berani juga dia merelakan usahanya untuk totalitas pekerjaan di perusahaannya. Ternyata pada tahun yang sama, tahun 2014 dia bersama kakaknya, Hambali mulai menggeluti usaha di bidang sepatu. Dia bekerja sama dengan kakaknya menjual sepatu second melalui media online. Sekitar satu tahun dia berada di bisnis ini, setelah itu dia meninggalkan nya. Dan bisnis ini masih berjalan sampai dengan sekarang yang masih dijalankan oleh kakaknya. Sudah 3 bisnis yang dia pernah lakukan dari tahun 2013-2015.

Tidak sampai di situ saja, Oktober 2019 lalu di kembali berulah. Dia membuka lagi sebuah kedai kopi bernama Kongkow Join Coffee, berada di daerah Cikarang. Karena kecintaannya terhadap dunia kopi, sering nongkrong di kedai-kedai kopi juga, maka dia putuskan untuk membuka sebuah kedai kopi. Kali ini dia tidak sendirian mendirikan bisnis ini, bersama dengan satu teman dia berhasil membangun kedai kopi ini. Rupanya dia masih belum berhenti berusaha untuk mendirikan sebuah bisnis, meskipun sudah beberapa kali gagal. Karena dari kegagalan itulah kita bisa belajar untuk menjadi lebih baik lagi kedepannya. 

Adalah Sebuah kedai kopi yang berada di samping pom bensin Gombong, di daerah Cikarang. Namanya Kongkow Join Coffee. Dari namanya saja sudah kelihatan bahwa kedai kopi ini mengundang kita semua untuk berkumpul bersama sambil menikmati secangkir kopi. Benar saja, sebelum saya tanyakan apa makna dibalik nama itu, saya sudah tahu bahwa makanannya pasti ke situ hehe. Maaf sotoy duluan, Lur. 

Ngomongin soal kedai ini, menurut saya tempatnya cukup strategis karena berada di dekat pom bensin. Karena biasanya di pom banyak yang istirahat sejenak untuk sekedar memulihkan tenaga yang sudah pegal menikmati perjalanan panjang didepan kemudi. Jadi apa salahnya jika sambil isi bensin sambil ngopi dulu di sini. Selain itu tempatnya juga memiliki akses jalan yang mudah untuk dikunjungi. Jika kamu ingin mencoba menikmati racikan kopi di sini bisa melihat lokasi nya di google maps dengan memasukkan kata kunci "Kongkow Join Coffee". Di sini tidak hanya menjual kopi saja, ada juga roti bakar, sosis, dan Indomie juga ada. Memiliki satu Barista, dan ternyata baristanya adalah teman saya juga, Deden.  Itu nama aslinya, nama panggilannya adalah Mengki, entah dari mana asalnya nam panggilan itu. Dia adalah alumni pondok juga, beda satu tahun di bawah Uve, masih adik kelasnya. Kembali lagi ke Kongkow Join Coffee, jadi sebenarnya pertemuan pertama saya di Bekasi dengan Uve ini adalah di sini, di kedai miliknya sendiri. Awalnya tertarik untuk datang ke sini karena saya hobi fotografi, dan suka foto-foto tentang kopi. Melihat dia posting di Instagram telah buka kedai kopi baru, akhirnya awal Desember saya pun berangkat ke sana.

Kiri: Uve (Owner) & Kanan: Mengki (Barista)

Sesampainya di sana saya merasa senang sekali karena bisa berjumpa kembali kedua kawan lama. Sebenarnya sih bulan-bulan sebelumnya dia sudah pernah ngajak ketemu tapi baru bisa pas kemarin itu. Di bilang sibuk sih saya gak sibuk, masih belum waktunya aja sih kayaknya hehe. Di sana kami bertiga saling ngobrol sana-sini. Ada juga ngobrolin tentang hal-hal yang dulu pernah dialami bersama saat di pondok. Kenapa ya, kalau sudah lama gak ketemu sama teman, tapi beberapa waktu sebelumnya pernah menjalani kehidupan bersama, pasti pas ketemu yang dibahas adalah masa-masa kebersamaan itu. Selalu begitu pasti, apalagi kalau teman satu kelas. Mungkin inilah pertemanan, selalu ada kisah yang pernah dirasakan dan akan diceritakan kembali kemudian.

Selain senang bisa bertemu dengan mereka, setelah mendengar semua kisah perjalanannya selama hidup di perantauan, saya juga merasa kagum kepada dia. Meskipun sibuk kerja, masih kepikiran untuk membuka sebuah usaha. Waktu itu dia besoknya harus masuk kerja pagi, tapi masih saja ngurusin kedainya. Kalau saya pasti ngantuk banget itu kurang tidur. Dari sini juga sudah terlihat jiwa bisnisnya. Serius. Sampai jam setelah 4 pagi kalau gak salah waktu itu dia baru pulang. Saya pun sampai tidur di situ karena kalau pulang udah kemalaman.

Di sela-sela pembicaraan, dia juga sempat beberapa kali memotivasi saya untuk menjadi seorang yang bisa berkarya di tempat orang. Dia pernah menyinggung saya soal baju yang saya kenakan waktu. "Besok-besok kalau ke sini lagi itu baju gak boleh ada tulisan seperti itu", katanya sambil menunjuk ke sebuah tulisan di baju saya. "Kedepannya kamu harus bisa menciptakan baju kamu sendiri jangan pakai punya orang", sambungnya. Jadi, intinya saya juga harus bisa menciptakan sebuah baju sendiri yang saya kenakan bukan selalu pakai hasil karya orang lain. Sedikit tapi seketika mendobrak semua penghalang saya dalam memulai action untuk segera bergegas memulai usaha. Sudah menjadi cita-cita saya sejak lama bisa membuat sebuah brand sendiri. Semoga cepat terealisasi ya.

Selama saya hidup di dunia ini, saya selalu bangga dan kagum kepada orang-orang yang mempunyai usaha sendiri. Apapun itu usahanya. Karena menurut saya seseorang yang mempunyai usaha sendiri itu adalah seorang pemberani. Berani gagal, berani rugi, berani ditertawakan, bahkan berani closing tanpa pendapatan. Bisnis itu jika tidak berani maka gak akan jadi. 

Kisah dari teman saya itu telah membuktikan, bahwa meskipun dari kampung, di telah membuktikan bahwa siapapun bisa. Gak jadi masalah dia berasal dari mana, lahir di mana dan gak masalah juga dia anak siapa. Jika memang benar-benar ingin berhasil maka kejarlah. Karena menurut saya semua mimpi itu diraih bukan dihadiahkan. 

Melihat dari cerita ini, untuk kalian yang sedang mulai berbisnis jangan putus asa jika selalu gagal, terus mencoba dan teruslah berinovasi. Karena saya yakin jika usaha kita telah maksimal maka hasilnya pun nanti akan mengikuti sendiri. Kuncinya ya mungkin terus belajar, sabar, terus berusaha dan jangan lupa untuk selalu berudoa. Karena berusaha tanpa berdoa itu sombong, sedangkan, berdoa tanpa usaha adalah bohong.

Sampai di sini dulu, kisah anak rantau kali ini, semoga dapat memotivasi kalian yang ingin ikut menjalankan sebuah usaha sendiri. Tulisan ini sudah memiliki izin dari narasumber untuk diterbitkan di blog saya ini. Terima kasih atas kisahnya, sangat memotivasi sekali pada diri. Sampai jumpa lagi di kisah anak rantau selanjutnya.
2 comments

2 comments

  • N Firmansyah
    N Firmansyah
    24 January 2020 at 09:54
    Gue kenal satu blogger yang juga suka banget nulis tentang kopi dan kedai kopi. Namanya Nasirullah Sitam, blogger dari Karimunjawa yang sekarang tinggal dan kerja di Jogja. Btw, temen lu ini buka kedai kopi kok udah kayak segampang buka lemari buat ngambil baju ya gue bacanya. Kayak gak ada tantangan yang berarti gitu anjir, hahaha.

    Oh iya, terima kasih sudah mendengarkan Podcast Blogger, sering-sering mampir ya wkwk.
    • N Firmansyah
      Dede Sandi Rahmat
      24 January 2020 at 11:44
      emang kisah yang gue denger langsung dari dia begitu, bro. Dia orangnya gak ribet sih jadi mungkin ketika berada di dalam keribetan itu dia santuy-santuy aja haha

      Di tunggu episode selanjutnya
    Reply