"Allaahu akbar Allaahu akbar Allaahu akbar, laa illaa haillallahuwaallaahuakbar Allaahu akbar walillaahil hamd"
Lantunan takbir mulai terdengat dari berbagai pengeras suara yang berasal dari Mesjid dan musolla. Sehabis melewati waktu berpuasa selama satu bulan, tibalah saatnya dimana hari kemenangan datang. Hari dimana semua orang akan berkumpul bersama keluarganya untuk merayakan hari Raya Idul Fitri. Berkunjung ke rumah saudara dan tetangga biasanya dilakukan untuk silaturahmi sambil bermaaf-maafan.
Pada lebaran tahun ini, di tengah pandemi saya tidak bisa menikmati hari raya bersama dengan keluarga. Saya dan keluarga lainnya yang berada di perantauan memutuskan untuk tidak pulang kampung dahulu pada lebaran kali ini. Ditambah lagi saat ini saya berada di zona merah Covid-19 membuat saya semakin mengurungkan niat untuk mudik.
Sebenarnya, kalau hanya sekedar ingin pulang, bisa dengan memaksakan sendiri untuk mudik. Ada beberapa teman juga yang bisa dengan lancar-lancar saja pulang mudik ke kampung halamannya. Tapi saya lebih memikirkan hal yang lebih penting lain yang menjadi alasan saya untuk tidak mudik.
Saya juga sudah izin kepada orang tua untuk tidak pulang dulu pada lebaran kali ini. Keduanya, mengiyakan permintaan saya. Untung saja mereka berdua ngerti keadaan saat ini. "tak apa sekarang gak pulang juga, pulangnya nanti saja kalo sudah aman situasinya".
Biasnya di tempat saya kost saat lebaran akan sepi tanpa penghuni karena semua orang mudik ke kampung halaman masing-masing. Tapi kali ini, berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Suasana masih seperti hari-hari biasa.
Banyak yang hal yang berbeda yang saya rasakan ketika melaksanakan lebaran di perantauan. Tidak ada hidangan ketupat dan opor ayam yang menjadi makanan khas lebaran. Tak ada silaturahmi ke rumah saudara. Tak ada salat ied juga.
Suasana lebaran jauh dari orang tua semakin terasa saat melihat story teman-teman di Instagram yang post foto lebaran dengan keluarganya. Tahun lalu masih bisa foto keluarga, tahun ini mana bisa. Selain itu, sekarang untuk maaf maafan bersama keluarga dan teman pun lewat online, gak langsung bertemu.
Sepertinya di tahun ini beberapa hal terjadi untuk pertama kalinya. Pertama kalinya puasa tanpa tarawih, pertama kalinya lebaran tanpa salat ied, tapi ini bukan pertama kalinya saya gak mudik saat lebaran. Ini adalah kali kedua. Dari situasi yang sedang dialami sekarang di berbagai penjuru negeri ini, semoga pandemi ini cepat pergi dan jangan pernah kembali.
Minal aidzin wal faidzin, semuanya. Mohon maaf lahir batin, ya.
16 comments
Semoga amal ibadah selama bulan puasa menghapus segala dosa dan mulai perjalanan selanjutnya dengan hati yang bersih dan pikiran yang tenang sampai Idulfitri selanjutnya datang.
Iya, maaf lahir batin juga. Saya juga minta maaf jika ada salah dalam berkomentar, mohon dimaafkan, ya.
Kita doa'in biar pandemi ini cepet selesai ya. Amin.
Tidak merasakan itu masakan opor ayam maupun yang lainnya
Demi kebaikan bersama
Selamat hari lebaran, mohon maaf lahir batin
Maaf lahir batin juga, mas. Terima kasih sudah mampir ke sini
mohon maaf lahir dan batin yaa..
-traveler paruh waktu