bqiqdHcLSyDe1e7rIy6MJVhY5drRA6OxKKstSzTb
Bookmark

Pendakian Pertama Langsung ke Gunung Ciremai

Pendakian Pertama Langsung ke Gunung Ciremai

Jumat sore setelah menyelesaikan pekerjaan, 12 Januari 2018, aku berangkat bersama temanku Agung dari Bekasi menuju Cianjur menggunakan bis. Karena Cianjur adalah titik kumpul bersama teman-teman. Kenapa harus di Cianjur? agar titik kumpul pas di tengah-tengah. Ada teman yang berangkat dari Tangerang juga, Dimas. Dan ada juga yang dari Cianjur bagian selatan, Rumadi dan Sule. Meskipun dari Cianjur selatan, jarak dari selatan ke Cianjur kota tak berdekatan. 3 jam perjalanan harus ditempuh dengan jalan yang penuh tikungan melewati jajaran hutan. Meet point kita di Cianjur adalah di rumah saudara Rumadi, yaitu di Nagrak. Sebelum aku dan Agung sampai, nampaknya Rumadi dan Sule sudah sampai duluan di tempat pertemuan. Jumat siang dia sudah di tujuan. Di susul aku dan Agung yang sampai sekitar pukul sembilan malam. Terkhir, Dimas yang berangkat dari Tangerang tiba tengah malam. Dengan alasan ada pekerjaan yang belum terselesaikan, maka dia berangkat ketelatan. Tak apa-apa yang penting selamat di jalan dan yang penting sampai tujuan. Lengkap lah sudah skuad Ciremai kali ini. Sebenarnya ada satu teman kita yang tak bisa ikut, Dian namanya. Ada mata kuliah yang tak bisa dia tinggalkan. Tapi tak apa katanya, berangkat saja kalian berlima. Semoga diberi kelancaran dan selamat sampai tujuan hingga kembali lagi ke tempat pertemuan.

Sebelum berangkat, tengah malam sesaat setelah Dimas sampai di tujuan, sambil berkemas membagi apa saja yang harus di bawa, pengarahan pun mulai disampain oleh salah satu teman yang sudah punya pengalaman pendakian. Dia menyampaikan beberapa hal yang akan menjadi agenda dalam pendakian kali ini. Diantara kami berlima, hanya aku dan Dimas yang baru pertama kali hendak naik gunung. Ketiga temanku sudah beberapa kali. Tetapi hanya di Gunung Gede saja, makanya kali ini mereka ingin mencoba Gunung tertinggi Jawa Barat. Mendengar bahwa gunung yang akan aku daki sekarang adalah gunung tertinggi di Jawa Barat, rasa gugup, kaget dan senang bercampur jadi satu. Ya mau gak kaget gimana, aku yang baru pertama kali naik gunung sudah disajikan dengan gunung tertinggi di Jawa Barat. Dalam hati ku sering bertanya, “bisa gak ya aku?. Harus bisa!”. Teman-temanku yang sudah mempunyai banyak pengalaman dalam pendakian selalu menguatkan aku dan Dimas agar mental kami kuat. Sekuat baja haha



Foto Bersama Pertama Sebelum berangkat

Sebelum adzan subuh berkumandang, 13 Januari 2018, kami berangkat dengan diawali dengan doa agar kami diberikan keselamatan dan kelancaran sampai kembali pulang. Karena mendaki itu tujuannya bukan sampai di puncak gunung tapi sampai kembali ke rumah bertemu lagi dengan keluarga. Berangkatlah kami berlima berjalan kaki dari Nagrak menuju ke Terminal Pasir Hayam. Kami akan menggunakan angkutan umum bis jurusan Bandung terlebih dahulu untuk menuju Ciremai. Jalur pendakian yang akan kami lewati saat ini adalah jalur pendakian Apuy yang terletak di daerah Majalengka. Setelah berjalan kaki beberapa puluh meter, dari belakang terlihat sorotan lampu mobil, dan ternyata mobil pickup terlihat. Dengan sigap, saat hendak melintas Rumadi pun memberhentikan mobil tersebut dengan tujuan kami ingin ikut menumpang sampai terminal. Sopir pun mengizinkan kami untuk menumpang. Naiklah kami berlima. Lumayan lah menghemat energi haha. Soalnya lumayan juga sih kalau jalan kaki dari Nagrak sampai Terminal. Sambil menikmati perjalanan, bercerita ditambah kata-kata humor selalu membuatku menikmati perjalanan singkat ini hingga tak terasa bahwa sudah sampai di Terminal. Tiba pukul 04.25 sebelum adzan subuh, kami pun segera mencari mesjid terdekat agar sebelum berangkat bisa menunaikan kewajiban. Rupanya ada mesid di pinggir jalan yang sering dilalui mobil bis jurusan Bandung. Jadi setelah selesai sholat nanti gak usah jauh-jauh cari bis, tinggal tunggu depan mesjid. Akhirnya kami pun melaksanakan sholat subuh berjamaah di mesjid tersebut.


Sambil nunggu bis lewat

Setelah selesai melaksanakan kewajiban yang jangan pernah di tinggalkan dimana pun kita berada, bergegaslah kami menunggu bis yang melintas menuju Bandung. Sambil menunggu kedatangan bis, kami sesekali berswa foto untuk mengabadikan momen perjalanan kami. Apalagi aku yang baru pertama kali ikut, foto adalah hal penting yang tak boleh terlewatkan. Beragantian kami berfoto dengan gaya masing-masing. Setelah kurang lebih setengah jam menunggu, akhirnya si bis yang kami tunggu pun tiba. Kami langsung memberhentikan bis tersebut dan langsung naik. Sekitar pukul setengah enam pagi kami berangkat. Di perjalanan kami tak banyak bertingkah. Kami hanya tertidur sambil menikmati perjalanan. Pantas saja kami tidur karena semalam tak tidur. Daripada nanti kecapean dan kurang tidur, lebih baik tidur saja untuk menjaga stamina agar tidak down.

Sekitar pukul 10.00 WIB, kami tiba di Bandung. Kami langsung mencari mobil jurusan terminal Maja. Karena menurut info dari teman-teman di media sosial yang sudah berpengalaman mendaki Ciremai, jika ingin hendak pergi mendaki lewat jalur Apuy, kita harus pergi ke terminal Maja terlebih dahulu. Nanti dari sana kami akan dijemput oeh Kang Dani, dia adalah orang asli Majalengka yang berprofesi mengantar jemput para pendaki yang hendak mendaki Ciremai. Tak membutuhkan waktu lama, mobil elf jurusan terminal Maja pun berhenti di depan kami. Kami langsung naik. Soal tarif harga dari Bandung-Maja aku tak begitu tahu karena semua pembayaran telah di kolektif oleh teman. Kalau dari Cianjur-Bandung sekitar Rp. 25.000.

Saat berada di dalam elf ini, adrenalin kami diuji. Parah, sopir mobil ini udah kaya pembalap saja mengemudikan mobil elf ini. Kami yang baru pertama kali naik mobil ini merasa tegang dan takut karena sopir mengendarai dengan cepat. Dalam hati aku hanya bisa berdoa agar tetap diberikan keselamatan sampai tujuan. Anehnya, para penumpang lain yang mungkin sudah terbiasa naik mobil ini mereka biasa-biasa saja. Bahkan anak kecil pun dia bisa duduk santai di pangkuan ibunya, sedangkan kami masih saja ketakutan. Setelah ku perhatikan, ternyata rata-rata mobil yang melintas jurusan Maja ini memang mengendarai mobil dengan kecepatan seperti ini. Pantas saja mereka (penumpang) biasa-biasa saja, orang sudah terbiasa. Lama kelamaan kami pun mulai menikmati pacuan mobil sang sopir. Canda tawa di mobil berusaha menggantikan rasa ketakutan yang kami rasakan. Bermain Ludo bahkan kami lakukan di dalam mobil. Jalanan yang lancar tanpa macet membuat kami tetap nyaman meskipun kadang ketakutan. Inilah indahnya petualangan. Jika terus di rumah tak akan merasakan hal gila seperti yang kami rasakan. Kala itu tak ada rasa menyesal karena menaiki mobil ini. Seiring berjalannya ban, kami semakin happy di perjalanan. Kami menikmati perjalanan tidak dengan mata tertutup sambil sandaran. Duduk di bangku paling belakang membuat kami leluasa untuk bertingkah. Diantara para penumpang lain, kami adalah penumpang paling heboh. Maafkan kami yang telah membuat gaduh di belakang. Saking menikmatinya perjalanan. Berkumpul dengan teman-teman humor emamng begini, bercanda dan tertawa.

Tak terasa 3 jam perjalanan telah kami lewati. Sampai lah kami di alun-alaun Maja. Rupanya Kang Dani menyuruh kami untuk berhenti di sini saja jangan sampai ke terminal. Ya sudah kami berhenti di sini saja. Sesampainya di lokasi, temanku langsung menghubungi Kang Dani via telpon dan memberitahukan bahwa kami telah sampai di tujuan. Selang beberapa menit saja, dia langsung datang menghampiri. Mobil bak warna biru adalah kendaraan yang akan mengantar kami sampai ke basecamp Apuy, besok. Hari ini kami akan beristirahat dulu di home stay. Kebetulan home stay ini milik Kang Dani. Barang-barang kami naikkan semua ke mobil dan kami langsung berangkat menuju home stay.


Alun-alun Maja

Jalur yang kami lewati adalah tanjakan dan tanjakan. Ya mugnkin karena terletak di kaki gunung jadi jalurnya seperti ini. Lumayan jauh juga dari alun-alun Maja sampai ke home stay. Sekitar 1 jam ada kayaknya. Wah ini kalau sopirnya masih amatir mungkin agak susah lewat jalur ini. Jalanannya ada sebagian yang kecil yang hanya bisa dilewati satu mobil. Kadang kami berpapasan dengan mobil lain dari lawan arah, mau tak mau salah satu harus mengalah untuk memberikan jalan. Orang-orang sini sudah mengerti dengan kondisi seperti ini. Jadi mereka sudah tak aneh lagi.

Sesampainya di home stay, kami langsung mandi. Perjalanan jauh ini membuat badan terasa lengket dan tak enak sekali. Tak lupa kami pun melaksanakan shalat yang sempat tertinggal saat di perjalanan. Ternyata home stay yang kami tempati saat ini adalah rumah milik orang tua Kang Dani. Jadi dia punya 2 rumah, yang ini memang sering di jadikan home stay untuk para pendaki Ciremai via Apuy yang menggunakan jasa antar jemput Kang Dani. Selain diberikan tempat istirahat, kami juga diberikan jamuan makanan oleh Ibunya Kang Dani. Padahal kami tak berharap di berikan hidangan makanan. Sudah bisa beristirahat di sini juga sudah membuat kami senang. Kali ini yang hendak mendaki Ciremai dengan jasa antar jemput Kang Dani hanya kami dari Jarang Pulang Adventure, jadi di home stay tak ada siapa-siapa lagi kecuali kami berlima. Cuaca di sini cukup dingin, beda banget lah sama cuaca di Bekasi tempat aku tinggal saat ini. Tapi aku sudah biasa juga dengan cuaca seperti ini, karena di kampung halamanku di Cianjur Selatan, cuacanya tak jauh beda dengan di sini. Aku pun tak perlu banyak beradaptasi lagi. Besok jam 8 pagi kami harus sudah bergegas menuju basecamp Apuy. Sisa hari ini kami maksimalkan untuk beristirahat saja agar besok bisa fresh dan tenaga tetap fit.
Suara alarm dari salah satu ponsel milik teman berbunyi membangunkan tidur lelap kami. Pukul 05.00 kami bangun dan langsung melaksanakan shalat subuh berjamaah di mushola home stay. Ada mushola juga di sini. Jadi gak usah khawatir susah melaksanakan shalat. Masalah air di sini melimpah luah banyak. Bangun tidur langsung mengambil air wudhu, air di sini memang sangat dingin. Sedingin air es mungkin. Rasa ngantuk pun hilang seketika saat merasakan dinginnya air kaki pegunungan Ciremai. Setelah shalat, kami bergantian satu per satu untuk mandi. Lagi-lagi sebelum berangkat si Ibu sudah menyiapkan kembali makanan untuk kami. Katanya, sebelum berangkat harus makan dulu biar di jalan nanti gak mudah capek. Kami merasa direpotkan berda di sini. Ibu sama Kang Dani emang baik-baik keduanya. Kami sangat berterima kasih kepada keduanya.


Dimas sedang mengabadikan momen perjalalanan

Tepat pukul delpaan pagi kami berangkat dari home stay menju basecamp Apuy. Gunung Ciremai sudah mulai nampak saat perjalanan baru dimulai. Jalurnya pun lebih menanjak lagi dari kemarin saat hendak menuju home stay. Yang kami lewati saat ini adalah perkebunan milik warga. Daerah perkebunan Argapura kalau gak salah namanya. Tempat ini kerap terkenal bagi para fotografer lanscape karena keindahan bumi Argapura untuk di abadikan. Aku sering melihat hasil foto dari para fotografer yang mengabadikan keindahan Argapura ini di media sosial Instagram. Dan memang aku akui ini memang indah. Perlu waktu sekitar setengah jam untuk bisa sampai di basecamp. Sembari menikmati keindahan bumi Argapura, temanku Dimas tak berhentinya mengabadikan setiap momen perjalanan dari mulai awal perjalanan. Menurutnya, video lebih berkesan daripada foto untuk momen yang tak akan terlupakan seperti ini. Setiap scene demi scene dia kumpulkan menggunakan kamera pocket milknya. Lagi-lagi canda tawa selalu menghibur setiap detik petualangan ini. Tak pernah merasakan bosan aku saat di perjalanan. Sampai-sampai waktu setengah jam pun tak terasa lewat begitu saja. Kami pun akhirnya sampai di basecamp Apuy. Dan kami turun dari mobil. Sebelum Kang Dani hendak meninggalkan kami, kami janjian dulu kalau besok mau dijemput kembali jam berapa. Jam 4 sore adalah waktu yang mugnkin tepat. Susahnya sinyal di sini membuat kami harus membuat janji terlebih dahulu dengan Kang Dani agar tidak ada miss komunikasi.

Tak mau buang-buang waktu, temanku Rumadi langsung registrasi ke pihak panitia. Di sini registrasi belum online. Masih manual on the spot. Semua data seperti KTP, surat sehat, dan izin orang tua kami kumpulkan. Hanya berselang beberapa menit saja, izin pendakian pun telah kami dapatkan. Dari sini penjelajahan dimulai. Tak lupa sebelum berangkat kami berdoa terlebih dahulu memohon agar diberikan keselamatan dan kelancaran saat melakukan pendakian. Dengan mengucapkan Bismillah, maka kaki ini mulai ku langkahkan.

Base Camp Apuy

Seperti biasa, aku dan teman tidak akan pernah merasakan bosan karena candaan yang tak pernah ada hentinya. Yang ada hanya rasa capek. Baru beberapa puluh meter berjalan sambil menggendong carrier 60L, rasa capek sudah aku rasakan. Ini belum sampai di pos 1, Arban. Pendakin Ciremai via Apuy ini akan ada 5 pos yang harus kami taklukan. Tapi dengan semangat yang tinggi, aku yakin bahwa aku akan sampai di puncak tertinggi Jawa Barat. Di jalan, sambil berjalan pelan sering kali aku tanyakan kepada teman apa saja yang berhubungan dengan pendakian. Banyak nanya lah pokoknya aku saat itu. Secara kan aku pendaki amatiran. Di sini temanku, Agung bertindak sebagai penunjuk jalan dan berada paling depan. Dia sudah mempunyai pengalam dalam pendakian. Dua kali ke Gunung Gede sudah dia lakukan bersama kedua teman, Rumadi dan Sule. Aku berada di belakang Agung saat itu. Dijanjut dengan Sule lalu Dimas dan yang terakhir Rumadi. Dimas terus mengabadikan momen perjalan kami dengan video sedangkan Rumadi dan aku mengabadikan foto. Di sini ada 2 kamera digital yang kami bawa. Yang pertama milik Dimas dan yang satu lagi milik Rumadi. Momen foto dan video bisa kami terus abadikan secara bergantian.




Pos 2

Berjam-jam telah kami lewati dengan berjalan menyusuri hutan. Pos demi pos telah kami lewati satu persatu. Hingga akhirnya kami sampai di pos akhir yaitu pos 5. Di sini akan kami jadikan tempat untuk berkemah. Asalnya mau di Goa Walet, hanya saja tidak diperbolehkan oleh pihak panita. Ya sudah kami ikut aturan yang ada saja. Kami camp di pos 5. Di sini sudah banyak pendaki lain yang sudah sampai duluan dan mendirikan tenda. Ada juga pendaki yang sedang bergegas membereskan tenda, mungkin mereka sudah sampai di sini kemarin dan hari ini mereka akan turun kembali ke bawah. Baru sampai di pos 5, kami mencari tempat yang kiranya cocok untuk kami dirikan tenda. Berada di samping kedua pohon dengan tempat yang datar, kami dirikan tenda. Kami pasang hammock di antara dua pohon samping tenda. Di sini kami bagi-bagi tugas. Aku, Rumadi dan Agung bertugas mendirikan tenda dan memasang Hammock. Sedangkan Dimas dan Sule bertugas memasak makanan. Satu persatu tugas kami kerjakan hingga berdirilah sebuah tenda berarna kuning cerah. Diatasnya tak lupa kami pasang fly sheet dengan tujuan menhindari air hujan masuk ke tenda. Sayang sekali cuaca saat ini sedang musim hujan. Bagiku yang baru pertama kali mendaki sangat tidak enak dengan kondisi musim hujan seperti ini. Tapi ya nikmati saja. Sebenarnya ini adalah tenda yang baru saja kami beli dengan uang hasil patungan berlima. Kami membeli di salah satu toko outdoor di Bekasi. Kapasitas 3 orang dan dipakai oleh 5 orang. Haha sudah terbayang kan bagaimana sesaknya di dalam. Kami mengatur posisi barang bawaan agar dalam tenda ini kami semua bisa muat. Tak butuh waktu lama untuk mendirikan tenda, mudah saja bagi kami. Setelah itu kami merapikan barang-barang yang dibawa dan dimasukkan ke dalam tenda. Sambil menunggu makanan matang, kami duduk santai sambil melepaskan rasa lelah setelah sekitar 6 jam perjalanan menyusuri hutan. Ada yang tiduran di hammock, ada yang di tenda dan aku di luar duduk di atas matras sambil menikmati secangkir kopi panas. Akhirnya kesampaian juga bisa ngopi di gunung hehe.


Santai dulu. Lurusin punggung wkwk

Kami kerap menceritakan perjalanan yang telah kami lewati. Yang paling menjadi trending adalah saat naik mobil elf itu. Bagi kami itu adalah pengalaman gokil kami yang sulit untuk dilupakan. Di sini hanya ada rasa senang yang kami rasakan. Di sela-sela pembicaraan, salah satu teman memangil dengan memberitahukan bahwa makanan telah siap untuk dihidangkan. Kami yang sudah mulai merasakan kelaparan pun langsung makan bersama-sama.

Hari pun mulai gelap, disertai air hujan yang turun lumayan deras. Kami hanya bisa menikmati malam di dalam tenda. Teman-teman memang selalu ada saja cara membuat hiburan sederhana. Kali ini kami bermain Ludo kembali. Tahu kan permainan ini? Ya permainan seperti bermain ular tangga. Yang kalah akan kena jepretan jari di tangan biasanya. Atau kalau ada yang tertimpa akan kena jepretan juga. Alih-alih marah karena sakit kena jepretan teman, di sini aku merasakan indahnya persabahatan. Ini hanya permainan. Nikmati saja. Wah, seru banget pokoknya. Dari setelah shalat isya kami mainkan sampai sekitar pukul 10 malam. Menjadi tenda paling berisik dengan tawa-tawa kebahagiaan, kami pun mulai sadar bahwa tawa kami mengganggu pendaki lain. Kami menurunkan volume agar tidak menggganggu yang lain. Meskipun sedang berada di alam bebas, kita tetap harus sopan dan santun kepada semua orang di sini.

Esok hari ketika matahari belum muncul ke permukaan, kami berlima sudah bergegas menuju puncak. Kami berjalan sambil diterangi dengan headlamp dan juga flash kamera hp. Ternyata beralan di malam hari dengan cuaca yang sangat dingin akan membuat kita lebih cepat capek. Aku pun harus tetap mengatur nafas agar tak mudah lelah. Jalur bebatuan sempit menjadi santapan kami pagi ini. Sekitar pukul 3 kami mulai berjalan dengan tujuan bisa menyaksikan keindahan sang mentari muncul ke permukaan. Jarak dari pos 5 ke puncak sekitar 1 jam perjalanan. Diantara pos 5 dan puncak, akan ada persimpangan anatara pendakian jalur Palutungan dan Jalur Apuy tepatnya di Goa Walet. Kalau sudah sampai goa walet, katanya puncak sudah dekat, sekitar 15 menitan. Sesampainya kami di goa walet, kami skip dulu untuk berkunjung ke goa walet. Kami lebih mendahulukan sampai ke puncak. Ke Goa Walet bisa nanti saat turun dari puncak. Puncak semakin dekat dan antusiasme semakin memuncak. Seperti kebanyakan pendaki, kalau puncak sudah di depan mata maka kita akan berlari menuju puncak. Dan akhirnya puncak pertamaku sampai juga. Ku ucapkan rasa syukur yang sebesar-besarnya karena aku saat ini bisa berada di puncak tertinggi Jawa Barat. Melihat teman-teman mengekspresikan kebahagiaan mereka membuatku semakin bersyukur. Sayang sekali puncak kali ini cuaca tak cerah karena musim hujan itu. Tapi tak apa, teteap indah. Baru ku rasakan ternyata angin di puncak begitu kencang, sesekali aku pegangan kepada pagar besi yang membatasi kawah. Ketika melihat ke bawah, ada perasaan takut juga karena sedang berada di ketinggial 3.078 MDPL. Tak lupa kami pun mengabadikan momen ini dengan mengambil foto bersama. Kelak foto ini adalah saksi bisu bahwa kita pernah berada di puncak Jawa Barat.

Terima kasih Ciremai, suatu saat nanti kami akan kembali menjengukmu. Semoga kau tetap terjaga lestari. Sampai di sini dulu perjalananku menjelajahi gunung Ciremai. Alhamdulillah aku dan teman-temanku bisa kembali ke tempat masing-masing dengan selamat. Terima kasih juga kepada teman-temanku yang telah mengajakku untuk ikut serta melakukan pendakian ini. Terima kasih juga kepada Kang Dani dan Ibu yang telah berbaik hati kepada kami. Dari sini, aku mulai kecanduan untuk mendaki gunung. Let’s Hike!

Foto sebelum kami pulang. Difoto oleh Kang Dani
Tonton video dokumentasi pendakian Gunung Ciremai via Apuy di YouTube Channel Dede Sandi Rahmat

x
x


Post a Comment

Post a Comment