bqiqdHcLSyDe1e7rIy6MJVhY5drRA6OxKKstSzTb
Bookmark

2020 Kenalan sama Banjir di Bekasi

2020 Kenalan sama Banjir di Bekasi

Sejak tahun 2017 gua udah pergi merantau ke Bekasi. Berarti sudah sekitar 3 tahun berada di kota Patriot ini. Kota ini terkenal dengan cuaca panasnya. Tapi selama tinggal di sini gua nyaman-nyaman aja sih. Mungkin sudah terbiasa dengan cuaca di sini. Dulu, saat pertama menginjakkan kaki Bekasi, gua sangat tidak suka dengan cuaca panasnya. Apapun juga memang perlu waktu untuk beradaptasi dengan dunia baru. Seperti gua ini, harus beradaptasi lagi. Biasanya kan di kampung halaman gua di Cibinong, Cianjur cuaca sehari-harinya dingin, Sekarang gua harus berada di tempat yang sebaliknya dari kampung halaman.

Kali ini gua akan berbagi cerita tentang pengalaman pertama gua ngalamin yang namanya banjir. Selama 3 tahun di sini, gua belum Pernah mengalami banjir. Seumur hidup ini gua belum Pernah mengalami banjir, Alhamdulillah. Dan pada awal tahun 2020 ini, tanggal 1 Januari, Bekasi terkena bencana banjir. 

Hujan deras sudah dimulai dari tanggal 31 Desember 2019, sore hari. Sudah tidak bisa dipungkiri lagi jika pada akhir tahun selalu turun hujan. Saat itu hujan deras dari ashar. Tadinya malam tahun baru gua ingin main ke temen dengan gak bermaksud merayakan tahun baru. Karena bagi gua setiap tahun baru adalah hal yang biasa saja, gak perlu dirayakan. 

Hujan yang deras terus-menerus membuat gua susah pergi keluar dari kost. Paling sesekali saja hujan waktu itu berhenti, itu juga gak sempat berhenti tapi masih ada gerimis-gerimis gitu. Untung waktu itu meskipun hujan deras listrik gak mati jadi di kostan gua bisa nonton tv. Ditambah lagi kuota internet masih banyak, gak papa lah di kostan juga. wkwk

Magrib, setelah sholat tetangga sebelah kost gua menyuruh gua untuk mengantarkan bahan baku martabak ke tempat jualannya. Karena alasan dia tidak bisa meninggalkan tempat jualannya, maka dia menyuruh gua. Gua seneng bisa membantu meskipun hanya seperti ini. Tetangga gua itu adalah seorang wirausahawan. Sehari-hari di menjual martabak di daerah Bekasi. Berangkatlah gua ke sana sembari membawa pesanan si tetangga tadi. Saat itu hujan sudah mau berhenti. Meskipun gerimis dikit, gua tetap berangkat. Jaraknya gak jauh dari tempat gua tinggal.

Sebelum berangkat gua sengaja membawa power Bank, karena gua curiga nanti sesampainya di sana ketika mau pulang lagi hujan akan turun kembali. Eh benar saja, hujan turun lagi. Malam tahun baru itu gua terjebak di tempat jualan tetangga gua itu. 

Tak terasa sudah beberapa jam berlalu, jam pun sudah hampir tengah malam. Dari tadi hanya ngobrol sana-sini. Dengerin cerita satu sama lain. Saat itu kita berempat di sana. Gua, tetangga beserta anak dan istrinya. Melihat story temen-temen gua di Instagram, ternyata hujan juga. Di Jabodetabek kebanyakan Hujan. Hujan masih deras dan semakin deras saja. Tahun baru yang biasanya terdengar suara petasan di mana-mana, kali ini ada beberapa saja gak banyak. Di jalanan banyak orang-orang yang lewat hujan-hujanan berduaan mengendarai sepeda motor. Mungkin maksudnya mau tahun baruan. Gua heran juga, sudah tau hujan deras tetap aja pada jalan. 

Sampai pada jualan tutup, hujan masih saja deras. Nunggu hujan reda lama banget dan waktu sudah menunjukkan pukul setengah dua pagi waktu itu. Akhirnya gua bersama tetangga gua itu maksain aja pulang hujan-hujanan. Gak ada jas hujan di motor gua waktu itu. Sampai di kostan badan basah kuyup. 

Keesokan harinya, saat bangun tidur pagi-pagi masih hujan. Buka Instagram melihat salah satu akun Instagram info Bekasi, di situ gua lihat ternyata banyak yang kena dampak hujan seharian kemarin. Banjir dimana-mana, bahkan akses jalan menuju tempat kerja gua waktu itu banjir juga. Banyak story dari orang-orang tentang banjir di Bekasi. Alhamdulillah kostan gua gak kebanjiran. Selama di sini baru kali ini gua ngerasain banjir. Tanggal 1 Januari 2020, gua kerja masuk sore. Sebelum berangkat kerja sekitar jam 11 siang, gua bertanya dulu ke temen yang ada di tempat kerja bagaimana kondisi jalan menuju tempat kerja, apakah oke kalau pakai motor atau tidak. Ternyata temen gua waktu itu menyarankan agar jangan pakai motor Maret banjir sudah sampai depan tempat kerja, otomatis jalanan terendam. Temen gua yang masuk pagi itu, dia pun harus susah payah untuk sampai di toko. Jalanan di mana-mana banjir. Dia beberapa kali putar balik saat menuju tempat kerja dengan maksud agar tidak kena banjir. Tapi tetap saja, semua akses jalan menuju tempat kerja kena banjir semua. Area Galaxy dikepung banjir waktu itu. Dia akhirnya berjalan kaki ke tempat kerja. 

Jam setengah dua sore, gua berangkat menggunakan sepeda menuju tempat kerja. Motor gua simpan saja di kostan, dari pada mati di tengah jalan kebanjiran. Gak hujan sih waktu itu saat berangkat. Baju kerja sengaja tak langsung dipakai, hanya memakai celana pendek dan kaos bola sambil mengayuh sepeda gua berangkat. Awalnya biasa-biasa saja, belum gua temukan titik banjir saat hendak pergi ke tempat kerja. Jarak dari kostan ke tempat kerja gak begitu jauh, jadi masih oke lah kalo pakai sepeda. 

Sampailah gua pada satu titik, tepatnya di daerah Pasar Pulo Galaxy, dari situ terlihat jalanan yang terendam banjir. Banyak orang berkerumun yang ragu untuk lewat, banjir nya gak terlalu tinggi karena sudah agak surut waktu itu. Menurut informasi yang gua dapet dari temen gua yang kerja di daerah situ, tadi pagi banjirnya lebih tinggi. Sekarang sudah surut. Gua yang pakai sepeda, santaieaja lewat banjir itu dan tetap gowes. Memang benar, Galaxy kena banjir waktu itu terlihat dari banyaknya bekas sampah ya g terbawa air banjir di jalanan. Dari situ gua mulai merasa lega karena gua berpikir bahwa banjir ini sudah surut. Gowes terus sampai saat dekat dengan toko tempat gua kerja, terlihat lagi banyak orang yang berkerumun lagi. Dan ternyata ada banjir yang belum surut. Padahal waktu itu gak hujan tapi banjir. Setengah betis dewasa kayaknya waktu itu airnya. Dan banjir itu pun sampai ke tempat kerja. 

Kaget juga waktu itu, karena sebelumnya di sini belum pernah terkena banjir. Ditambah lagi gak ada hujan turun waktu itu. 

Sesampainya di tempat kerja air masih belum terlalu tinggi. Berselang beberapa jam kemudian air semakin tinggi sampai setengah mobil. Ngeri juga baru kali ini melihat langsung banjir yang biasanya hanya lihat di TV. Bisa di lihat di foto paling atas, itu adalah kondisi Galaxy saat itu. 

Bekasi seakan lumpuh Waktu itu, listrik padam, akses jalan susah, ada yang maksain lewat pada akhirnya mati juga motornya. Motor di Depan tempat kerja juga banyak yang terendam. Bahkan ada 3 motor yang entah siapa pemiliknya, ditinggalkan begitu saja depan tempat kerja. Air udah hampir masuk knalpot, karena kasian pada yang punya motor meskipun siapa tau orangnya, akhirnya saya dan teman-teman mencoba membawa ketiga motor tersebut ke tempat yang lebih tinggi yang setidaknya tidak terkena banjir. 

Banjir seakan menjadi tontonan masyarakat. Tempat yang biasanya gak pernah banjir, dan sekarang harus kena banjir. Akhirnya gue ngalamin juga yang namanya banjir. Banjir di sana waktu itu surut sampai sekitar jam 10 malam. 

Terima kasih Bekasi sudah mengenalkan gue pada Banjir awal tahun
Post a Comment

Post a Comment